WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan akan mengenakan tarif pada Sabtu (1/2/2025) terhadap tiga mitra dagang terbesarnya yakni Kanada, Meksiko dan China. Keputusan ini memicu kekhawatiran terhadap perdagangan global.
Dikutip CNBC, juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan Trump akan mengenakan tarif sebesar 25 persen terhadap Meksiko dan Kanada, serta bea masuk 10 persen terhadap China. Langkah ini merupakan respons terhadap peredaran fentanyl ilegal yang diproduksi dan diizinkan beredar di negara-negara tersebut.
Rincian teknis mengenai tarif ini belum sepenuhnya dijelaskan oleh Gedung Putih, tetapi pengumuman resmi akan disampaikan pada Sabtu. Berita ini berdampak langsung pada pasar saham, dengan Dow Jones Industrial Average turun lebih dari 300 poin atau sekitar 0,7 persen. Sementara itu, S&P 500 dan Nasdaq Composite juga mengalami penurunan setelah sempat menguat di awal perdagangan.
“Ini adalah janji yang dibuat dan janji yang ditepati oleh Presiden,” ujar Leavitt.
Belum ada informasi mengenai kemungkinan pengecualian tarif. Gedung Putih juga membantah laporan sebelumnya dari Reuters yang menyebutkan bahwa beberapa produk akan dikecualikan dan implementasi tarif ditunda hingga 1 Maret.
Total perdagangan AS dengan ketiga negara tersebut mencapai sekitar US$ 1,6 triliun per tahun. Trump menggunakan tarif ini sebagai alat negosiasi untuk mendorong perubahan kebijakan luar negeri, terutama terkait isu imigrasi dan perdagangan narkoba.
“Kami memiliki Super Bowl yang akan datang, dan jumlah orang yang bisa memenuhi Superdome di New Orleans hampir sama dengan jumlah kematian akibat fentanyl di Amerika setiap tahunnya. Narkotika ini berasal dari China dan Meksiko,” ujar penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro.
Para ekonom khawatir kebijakan ini dapat memicu kembali inflasi di saat tekanan harga mulai mereda. Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Jumat bahwa tingkat inflasi yang diawasi ketat oleh The Fed meningkat menjadi 2,6 persen pada Desember 2024, meskipun beberapa rincian dalam laporan tersebut menunjukkan tren yang lebih positif.
Namun, pejabat The Fed menyatakan akan terus memantau dampak kebijakan fiskal ini. “Sangat penting untuk memahami kebijakan ini dengan lebih baik, termasuk bagaimana implementasinya dan dampaknya terhadap perekonomian,” ujar Gubernur The Fed, Michelle Bowman.
Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menegaskan bahwa perhatian utama adalah apakah tarif ini hanya merupakan tindakan satu kali atau akan memicu aksi balasan dari negara lain. []