Minggu, Agustus 3, 2025

Sektor Pertanian Masih Menjadi Pilar Utama Ekonomi Aceh

BANDA ACEH – Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menyatakan sektor pertanian masih mendominasi perekonomian Aceh dengan kontribusi sebesar 29,74 persen. Dominasi ini menunjukkan Aceh masih termasuk dalam kategori daerah berkembang, mengingat daerah maju umumnya berfokus pada pengembangan sektor industri.

“Iklim pertanian sangat mempengaruhi hasil produksi. Namun, dengan sumber daya manusia (SDM) yang lebih terampil dan dukungan infrastruktur yang memadai, masalah ini dapat diatasi,” ujar Statistisi Ahli Muda BPS Aceh, Hilda Aprina, dalam diskusi bertajuk ‘Realisasi Investasi Aceh Tahun 2024 dan Peluang Investasi Tahun Mendatang’ yang diadakan Jurnalis Ekonomi Aceh (JEA) di Banda Aceh, Senin (16/12/2024).

Hilda menjelaskan permasalahan utama sektor pertanian di Aceh terletak pada rendahnya investasi serta kurangnya SDM yang kompeten. Menurutnya, peran pemerintah sangat penting dalam memberikan pelatihan kepada petani guna meningkatkan produktivitas, sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada kondisi iklim yang fluktuatif.

Baca juga:  ‎BSI Catat Kenaikan Aset, Target Tembus Rp500 Triliun

Selain itu, Hilda menyoroti bahwa sektor pertanian di Aceh selama ini hanya fokus pada produksi bahan mentah yang kemudian diolah di daerah lain. Akibatnya, nilai tambah ekonomi lebih banyak dinikmati oleh daerah lain.

“Jika saja kita mengolah hasil pertanian kita sendiri, nilai tambah tersebut akan menjadi milik Aceh,” ujarnya.

Di sisi lain, Hilda menyebut bahwa rendahnya kepercayaan pasar terhadap produk-produk pertanian Aceh menjadi tantangan tersendiri yang berdampak pada kesulitan pemasaran.

“Itu sering kita lihat saat penjualan hasil pertanian ke pasaran, misalnya tomat dan cabai,” tuturnya.

Baca juga:  BI Tekankan‎ Teknologi Perikanan dan Digitalisasi Fiskal di Aceh Barat

Selain sektor pertanian, Hilda juga menyoroti sektor perikanan Aceh yang memiliki potensi besar, mengingat Aceh dikelilingi oleh laut dengan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Namun, pengelolaan sektor ini juga masih menghadapi tantangan serupa.

“Seringkali ketika hasil tangkapan nelayan melimpah, pasar tidak mampu menyerapnya karena kelebihan stok. Nelayan pun kebingungan harus membawa hasil tangkapan mereka ke mana,” katanya.

Menurut Hilda, Aceh memerlukan investor yang mampu membangun industri pengolahan ikan agar hasil tangkapan nelayan bisa diolah menjadi produk bernilai tambah. Dengan adanya hilirisasi, sektor perikanan berpotensi menjadi salah satu penggerak utama perekonomian Aceh.

“Dengan pembangunan industri pengolahan, kita bisa mengatasi persoalan stok berlebih dan menambah nilai ekonomi untuk masyarakat Aceh,” pungkasnya. []

Berita Populer

Berita Terkait