Minggu, Agustus 3, 2025

Pengamat Ekonomi Ungkap Hambatan dan Peluang Investasi di Aceh

BANDA ACEH – Pengamat Ekonomi Aceh dari Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Mukhlis Yunus, mengidentifikasi beberapa tantangan dalam proses investasi di Aceh. Menurutnya, kompleksitas regulasi dan perizinan, kurangnya promosi investasi yang strategis, keterbatasan sumber daya manusia yang kompetitif, serta stabilitas ekonomi dan politik menjadi faktor penghambat utama.

“Penting untuk mengkaji peluang investasi di Aceh,” ujar Prof Mukhlis dalam diskusi bertajuk ‘Realisasi Investasi Aceh Tahun 2024 dan Peluang Investasi Tahun Mendatang’ yang diadakan Jurnalis Ekonomi Aceh (JEA) di Banda Aceh, Senin (16/12/2024).

Dalam paparannya, dia menjelaskan Aceh, sebagai daerah paling ujung barat Indonesia, memiliki banyak potensi ekonomi yang dapat dikelola dan dikembangkan, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia dan posisi strategisnya.

Baca juga:  ‎BSI Catat Kenaikan Aset, Target Tembus Rp500 Triliun

Saat ini, sektor unggulan ekonomi Aceh meliputi pertanian, perikanan, energi (panas bumi, migas), serta pariwisata halal. Namun, kendala dalam pemanfaatan sumber daya yang belum maksimal dipengaruhi oleh infrastruktur yang belum merata dan keterbatasan investasi asing.

“Selain itu, ketergantungan Aceh pada sektor primer dan regulasi investasi yang kurang fleksibel menjadi ancaman nyata bagi ekonomi Aceh di masa depan,” katanya.

Peluang investasi unggulan yang dapat digali di Aceh meliputi pariwisata halal melalui pengembangan destinasi berbasis lingkungan dan syariah, investasi energi baru terbarukan seperti panas bumi dan energi surya.

Kemudian, peluang dalam bidang agroindustri terkait hilirisasi produk pertanian dan perikanan serta peluang dalam bidang ekonomi digital dengan memanfaatkan UMKM berbasis teknologi dan e-commerce.

Baca juga:  BI Tekankan‎ Teknologi Perikanan dan Digitalisasi Fiskal di Aceh Barat

Lebih lanjut, Prof Mukhlis, yang juga merupakan Dewan Pakar Pusat Riset Komunikasi Pemasaran, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kita Kreatif) USK, menekankan pentingnya pengaturan kebijakan dan program pendukung seperti implementasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta reformasi regulasi untuk mempermudah investasi.

Selain itu, menurutnya, pengembangan infrastruktur dalam hal transportasi, komunikasi dan energi juga menjadi hal krusial, bersama dengan program pelatihan SDM berbasis kebutuhan industri.

“Untuk mewujudkan Aceh sebagai pusat ekonomi halal dan energi hijau di Asia Tenggara di masa depan, kontribusi dari pemerintah, swasta dan masyarakat sangat diperlukan dalam membangun masa depan Aceh yang maju di sektor ekonomi,” pungkasnya. []

Berita Populer

Berita Terkait