BANDA ACEH – Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Aceh pada 2025 akan tetap tumbuh positif. Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Aceh, Agus Chusaini, dalam acara Bincang Bareng Media (BBM) di Banda Aceh, Senin (17/2/2025).
Menurut Agus, meskipun pertumbuhan ekonomi Aceh diperkirakan sedikit melambat akibat terbatasnya Proyek Strategis Nasional (PSN) baru serta kebijakan efisiensi anggaran, optimisme tetap terjaga.
“Optimisme ini didukung oleh perbaikan sektor pertanian melalui optimalisasi lahan rawa dan cetak sawah rakyat, serta stabilnya kinerja ekspor Aceh,” ujarnya.
BI Aceh, lanjut Agus, terus memperkuat perannya dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan, sekaligus mendorong digitalisasi guna meningkatkan daya saing daerah.
Dia menjelaskan pada 2025, perekonomian Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan eksternal, seperti ketegangan geopolitik, fragmentasi geoekonomi, pelemahan ekonomi Tiongkok, penguatan mata uang dolar AS, suku bunga tinggi di negara maju, serta pengetatan fiskal.
“Oleh karena itu, strategi domestik harus difokuskan pada stabilitas makroekonomi, penguatan sektor riil, pendalaman pasar keuangan, serta akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan inovasi transaksi jasa,” tambahnya.
Agus juga mengulas capaian ekonomi Aceh pada 2024, yang menunjukkan kinerja kuat dengan pertumbuhan sebesar 4,66 persen (year on year). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada 2023 yang mencapai 4,23 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh berbagai agenda besar, seperti Pemilu dan Pilkada 2024 serta PON XXI Aceh-Sumut 2024, yang berdampak positif pada sektor transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makanan-minuman, serta administrasi pemerintahan.
Dari sisi stabilitas keuangan, pembiayaan berdasarkan lokasi proyek pada triwulan IV 2024 mencapai Rp51,64 triliun, tumbuh 3,49 persen (yoy). Financing to Deposit Ratio (FDR) berdasarkan lokasi proyek berada di angka 113,10 persen, yang menandakan tingginya aktivitas pembiayaan dibandingkan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun di Aceh.
Stabilitas sistem keuangan juga tetap terjaga, didukung oleh rendahnya Non-Performing Financing (NPF) yang hanya sebesar 2,34 persen.
“Dengan penerapan strategi yang terarah dan sinergi bersama stakeholder, Bank Indonesia optimistis bahwa perekonomian Aceh akan tetap tumbuh kuat, inflasi terkendali, serta daya beli masyarakat tetap terjaga sepanjang tahun 2025,” tutup Agus. []